Featured post

Cara Daftar Linktree Gratis, Buat Tapilan Bio Semakin Menarik

Breaking News

Mengebiri Hoaks dengan Meningkatkan Performa Critical Mass

Ilustrasi foto;pixabay


Trutus.Com, Perkembangan media yang cukup pesat baik yang cetak maupun yang berbasis internet dan digital, diakui atau tidak telah mengubah banyak hal dalam kehidupan manusia modern mulai dari komunikasi hingga cara berpolitik. Media menjadi sumber daya  yang dinilai cukup aktif dan responsif yang mampu meningkatkan pola demokrasi yang sehat dan dinamis.

Berkaitan dengan media berbasis digital yang cukup membludak tentu memiliki peran yang cukup signifinkan membangun kehidupan  yang demokratis. Ia cukup efektif meningkatkan partisipasi publik terutama dalam proses politik yang berlangsung,menyuarakan aspirasi dalam setiap kebijakan publik yang dibuat pemerintah.

Media digital pun diakui peranannya menjadi  salah satu  kontrol terhadap tata kelola pemerintahan sehingga transparan .Publik dengan mudahnya mengetahui proses politik yang terjadi dan bisa turut serta berperan aktif dalam proses politik tersebut dengan menyuarakan gagasan dan aspirasi politiknya. Partisipasi politik di era media digital-pun semakin meningkat tajam.

Adapun karakteristik media digital ini dapat kita lihat dari terbukanya akses yang cukup kuat dan bahkan luas, memantik kreativitas publik yang makin inovatif dan terciptanya jaring komunikasi yang cukup populis.

Kemunculan media tersebut telah menjadikan 'panggung politik' tidak hanya untuk segelintir orang atau golongan saja.Terbukanya akses publik yang begitu luas bagi setiap orang, siapapun dapat dan cukup mudah berperan serta dalam interaksi politik yang berlangsung,mudah membuat ide dan gagasan politik lalu menyebarkan ke ' dunia maya' hanya dengan sentuhan jari-jari tangan dan gawai digital.

Meskipun demikian yang berlaku, realita dan fakta di lapangan juga tak bisa kita abaikan, bahwa di balik unsur positif yang berlaku pasti ada unsur negatif yang juga perlu diingat serta diketahui agar tidak kebablasan menggunakan media digital ini sebagai penyambung aspirasi secara aktif dan penerima informasi secara pasif.

Kita tahu ternyata media digital juga kerap memunculkan persoalan yang membuat banyak pihak 'bergesekan'. Persoalan politik yang menunjang proses demokratisasi pun juga kerap menjadi problematik. Rentannya demokratisasi dan panggung politik tersebut disebabkan salah satunya karena pengaruh  media digital yang menjamur dan membludak sehingga ditengarai memantik munculnya fenomema berita bohong (hoaxes), fake news (berita palsu) dan hate speechs (ujaran kebencian)yang tentu saja cukup mudah diproduksi lalu disebar luaskan dengan gawai digital.

Bisa jadi dalam proses demokratisasi tersebut dengan melibatkan media digital menjadi salah satu alat cukup penting meraih kekuasaan dengan politik hoaxes, fake news dan hate speechs.Hal ini pun menjadi rentan bagi demokrasi itu sendiri. Karena ia disebarkan ke ruang publik secara luas hingga menjadi pertukaran informasi yang cukup intens di konsumsi khalayak luas.

Dalam data yang diterbitkan kementrian komunikasi dan informatika misalnya, peredaran hoaxes, fake news dan hate speechs begitu signifikan sejak 2014 hingga sekarang bahkan meningkat dengan begitu tajam.Konten negatif yang berkaitan dengan hal tersebut di tahun 2017 naik menjadi 900 persen dibanding 2016 dan bertambah lagi di tahun 2018. Sementara sepanjang 2019 Kementrian Kominfo menerima lebih dari 430 ribu aduan masyarakat terkait konten dengan muatan negatif seperti hoaks dkk.(kominfo.go.id)

Hoaks dkk (dan kawan-kawan) tersebut telah banyak memantik sentimen kesukuan, ras, golongan dan agama di negeri ini. Penyebarannya-pun ada yang ter-organisir dan terencana dengan rapi, diproduksi dengan kepentingan-kepentingan tertentu.

Betapa memilukannya aktifitas hoaks dkk ini di beberapa media digital yang masih eksis dan kerap berseliweran. Kita perlu membatasi ruang geraknya dengan mengikutsertakan berbabagai unsur di masyarakat.Mencegah peredarannya dengan peran aktif masyarakat. Bagaimana caranya ?

Salah satu upaya yang cukup penting  dan juga mendasar adalah dengan secara kontinyu dan istikomah memproduksi konten  yang menjadi tandingan hoaks dkk, melalui peran serta di dalamnya setiap individu dalam masyarakat memungkinkan untuk memunculkan  konter-hoaks (kontra hoaks) yang menjadi informasi tandingan.

Setiap individu yang menggunakan gadget disamping menjadi pihak yang pasif menerima berbagai informasi, namun juga harus aktif bersifat kritis dan mengevaluasi informasi tersebut. Menjadi agen yang berperan aktif menyaring secara kritis terhadap gelombang hoaks dkk.

Sikap selektif, evaluatif dan kritis ini pada ujungnya akan membuat rantai penyebaran hoaks dkk bisa terputus. Sehingga proses demokratisasi yang tumbuh kembang di masyarakat menjadi konstruktif dan berkeadaban. Sikap tersebut harus ditumbuh kembangkan dan dihidupkan dalam setiap gerakan masyarakat."Critical mass" akan menjadi benteng dan garda intelektual melawan hoaks dkk, yang pada akhirnya menjadikan demokratisasi dan proses politik  sehat dan dinamis pun kuat mengakar dalam setiap lapisan masyarakat.

Salah satu cara untuk meningkatkan performa "critical mass" tersebut secara pragmatik bisa dengan mengembangkan serta memajukan semangat literasi media, dan itu menjadi kepentingan dan tugas semua elemen.

Literasi sendiri memiliki dua komponen yang tidak bisa dipisahkan yakni “membaca” dan “menulis”. Dari “membaca”, kemampuan menganalisa secara sistematis dan kemampuan berpikir teoritis dan pragmatis setiap individu semakin berkembang. Tidak hanya itu, ”membaca” pada aspek yang lain merupakan bentuk transfer pengetahuan secara terus menerus. Dari “membaca”pula proses dialektis pengetahuan tersebut tercipta sehingga mekahirkan ide dan gagasan yang baru.

“Menulis” adalah langkah konkret memetakan hasil pemikiran yang diperoleh dari proses “membaca”. Tanpa mengejawantahkan proses berpikir yang didapat dari “membaca” ke dalam bentuk tulisan.Tentu pemikiran itu hanya bertengger di kepala dan sulit untuk men-sistematis-kannya. Pemikiran hanya menjadi kerangka kosong tanpa badan dan bangunan yang riil. 

Menumbuhkan semangat literasi dengan memberikan dorongan kuat terhadap “membaca” dan “menulis” pada ujungnya juga harus berpatokan pada sumber yang kredibel dan bisa dipertanggung jawabkan secara ilmu.Menjadi pelik ketika sumber- sumber informasi yang didapat adalah hoaxes,fake news dan hate speechs.


Penulis       : Hadi Pranoto

Publisher   : Anwar Muh


0 Komentar

© Copyright 2022 - RUMUS DIGITAL